Wednesday 29 October 2014
Politisi PDIP Anggap 'Lebay' Penahanan Tukang Tusuk Sate Penghina Presiden Jokowi
JAKARTA - Politisi Senior PDI Perjuangan Hendrawan Supratikno ikut berkomentar mengenai penangkapan penghina presiden Joko Widodo. Ia berpendapat penangkapan oleh Mabes Polri itu berlebihan.
"Kalau bahasa Jakartanya 'lebay' tidak diperlukan dalam kondisi sekarang," kata Hendrawan di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (29/10/2014).
Hendrawan meminta pihak terkait tidak bersikap berlebihan mengenai kasus tersebut. Meskipun terdapat undang-undang yang mengaturnya.
"Namun jangan over reactive," ujarnya.
Sebelumnya diberitakan, Keluarga Muhamad Arsyad (23), tukang tusuk sate yang ditangkap polisi, karena menghina Presiden Jokowi masih tampak terpukul.
Apalagi, pria yang kerap disapa Imen itu, hanyalah seorang tukang tusuk sate. "Dia cuma kerja nusukin sate dan ngipasin sate, di warung sate Margani, depan Pasar Induk Kramat Jati. Upahnya juga cuma Rp 35.000 per hari," kata Mursidah (49), ibu Arsyad, ditemui di rumahnya, Jalan Haji Jum RT 09/01 Kelurahan Rambutan, Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur, Rabu (29/10/2014) siang.
Mursidah tampak sangat terpukul setelah buah hatinya ditangkap polisi lantaran dituduh menghina Presiden RI Joko Widodo. Bahkan, Mursidah yang ditemui di Jalan Haji Jum RT 09/01 Kelurahan Rambutan, Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur, Rabu (29/10/2014) pagi, mengakui bersedia sembah sujud meminta maaf di hadapan Presiden RI Joko Widodo.
Arsyad diduga menghina Jokowi karena mengunggah gambar pornografis tentang sang presiden melalui laman media sosial.
Terkait#Joko Widodo#Hendrawan Supratikno#PDI Perjuangan
Baca Juga
Penghina Presiden Ditangkap, Gerindra: Yang Menghina Prabowo, Itu Harus Diusut Juga
Amien Rais: KMP Beri Kesempatan Sepantasnya untuk Jokowi-JK Pimpin Negara
Usai Bertemu JK, Amien Rais Mengaku Kini Tak Takut Bertemu Mega dan Jokowi
Menteri Susi Tidak Lulus SMA, Ini Ternyata Penyebabnya
Jokowi Lebih Senang Pillih Jaksa Agung dari Luar Partai
Penulis: Ferdinand Waskita
Editor: Willy Widianto
Tak Jadi Presiden, SBY-Ibu Ani Selfie Bareng Warga di Mal
JAKARTA — Sembilan hari setelah meletakkan jabatannya, mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) akhirnya kembali muncul ke hadapan publik. Kemunculan Ketua Umum DPP Partai Demokrat itu terpantau dari akun Instagram milik Ani Yudhoyono, 'aniyudhoyono'.
Di dalam akun tersebut, Ani mem-posting tiga buah foto. Ketiga foto itu menunjukkan lokasi yang sama, yakni di salah satu pusat perbelanjaan di kawasan Pondok Indah, Jakarta Selatan, Rabu (29/10/2014).
Foto pertama menggambarkan kegiatan SBY dan Ani yang tengah mengasuh cucu kedua mereka, Airlangga Satria Adhi Yudhoyono. Keduanya terlihat berjalan dengan menggandeng Airlangga. Sementara itu, Edhie Baskoro Yudhoyono, ayah Airlangga, terlihat berjalan di belakangnya.
SBY sendiri tampak mengenakan kemeja kotak-kotak berwarna hijau lengan pendek dengan celana panjang berwarna hitam. Di saku bajunya, SBY terlihat mengantongi sebuah pulpen berwarna emas. Sementara itu, Ani terlihat mengenakan batik berwarna hijau muda lengan tiga perempat dengan celana panjang berwarna hitam.
Pemandangan unik justru terlihat pada foto kedua. Di dalam foto itu, SBY dan Ani terlihat berfoto selfie dengan sepasang pria dan wanita yang menjadi pengunjung pusat perbelanjaan itu. Baik SBY maupun Ani, keduanya terlihat tersenyum melayani permintaan warga untuk berfoto bersama.
Di foto terakhir yang diunggah, seorang perempuan yang memegang sebuah kamera terlihat sedang mempertontonkan hasil rekaman kamera video kepada Airlangga. Aksi menggemaskan Airlangga itu rupanya telah disukai sebanyak 11.500 kali. (Dani Prabowo)
Terkait#Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)
Baca Juga
Pesan SBY kepada Putranya Ibas soal Politik
Survei LSI: Penilaian 10 Tahun Kerja SBY Tergantung Perppu Pilkada
Bersua PM Singapura Jokowi Berkemeja Putih, Pakai Batik Saat Bertemu PM Australia
SBY Minta Rakyat Dukung Jokowi
SBY: Pemimpin Itu Datang dan Pergi
Editor: Willy Widianto
Sumber: Kompas.com
Tuesday 28 October 2014
PSS vs PSIS: Seharusnya Pemain Tidak Ikut-ikutan
JAKARTA - Pemain turut memiliki andil atas insiden lima gol bunuh diri pada laga babak delapan besar Divisi Utama antara PSS Sleman melawan PSIS di Yogyakarta, Minggu (26/10/2014) lalu.
Hal tersebut diungkapkan oleh mantan pemain tim nasional Indonesia, Imran Nahumarury, kepada Tribunnews.com, Selasa (28/10/2014). Menurut Imam, yang menjadi masalah adalah pemain mau ikut-ikutan dalam kejadian ini.
"Mereka seharusnya tahu risiko kalau berbuat seperti ini. Tidak mungkin tidak tahu," tegas mantan gelandang Persija Jakarta tersebut.
Pada laga tersebut PSS meraih kemenangan 3-2. Kelima gol tercipta melalui gol bunuh diri. Terdapat empat pemain yang melakukan hal tersebut. Dua pemain berasal dari PSS yaitu, Hermawan Putra Jati dan Agus Awank. Sedangkan dari PSIS antara lain Komaedi (2) dan Catur Edi.
Imran tidak menilai terdapat proporsi kesalahan pada insiden ini. Menurut Imran, semua elemen yang terlibat di dalam tim juga memiliki tanggung jawab.
"Tidak mungkin mereka berbuat seperti itu kalau tidak ada petunjuk. Satu hal yang pasti kedua tim menghindari partai semifinal, tapi menurut saya sudah keterlaluan," papar Imran yang sekarang menjadi pelatih dan pengamat sepak bola.
"Harus ditindak tegas. Bikin malu saja," tegas Imran.
Terkait#Imran Nahumarury
Berita Terkait: Skandal Sepak Bola Gajah
Hinca Panjaitan: Pusamania Borneo Tanding Ulang dengan Persis Solo
Komdis Minta Komite Wasit Berhentikan Hulman
Pemain PSS Sleman dan PSIS Semarang Terancam Sanksi Seumur Hidup
Komdis PSSI Diskualifikasi PSS Sleman dan PSIS dari Delapan Besar
Pencetak Gol Bunuh Diri PSIS Mengaku Pasrah
Penulis: Deodatus Pradipto
Editor: Toni Bramantoro
Monday 27 October 2014
Jonas Salk
Jonas Salk
Medical researcher
Jonas Edward Salk was an American medical researcher and virologist. He discovered and developed the first successful inactivated polio vaccine. He was born in New York City to Jewish parents. Wikipedia
Born: October 28, 1914, New York City, New York, United States
Died: June 23, 1995, La Jolla, San Diego, California, United States
Spouse: Françoise Gilot (m. 1970–1995), Donna Lindsay (m. 1939–1968)
Siblings: Lee Salk
Education: City College of New York (1934), More
Awards: Jawaharlal Nehru Award for International Understanding, More
Kombes Pol Teddy Minahasa Putra Ajudan Jusuf Kalla
JAKARTA - Kombes Pol Teddy Minahasa Putra dipilih langsung oleh wakil presiden Jusuf Kalla untuk menjadi ajudannya.
Kabag Penum Mabes Polri, Kombes Pol Agus Rianto mengatakan kemarin Jusuf Kalla sudah menunjuk Kombes Pol Teddy Minahasa sebagai ajudannya.
"Ajudan untuk wakil presiden yang dipilih Kombes Pol Teddy Minahasa, sebelumnya menjabat sebagai Propam di Mabes Polri," kata Agus, Senin (27/10/2014) di Mabes Polri.
Agus mengatakan sejak Minggu (26/10/2014) lalu, Kombes Pol Teddy Minahasa sudah resmi mengawal wakil presiden Jusuf Kalla.
Terkait#Jusuf Kalla#Kombes Pol Agus Rianto
Berita Terkait: Duet Jokowi JK
Mangindaan Pesan ke Jonan Terus Benahi Transportasi Laut
Ketua MPR: Anggaran Kementerian Baru Tinggal Disesuaikan
Olga Lydia Puji Kabinet Kerja Jokowi
Pengusaha Aceh Minta Menteri Perdagangan Jalin Kerja Sama dengan Cina
Dari 138 BUMN, Hanya Lima yang Memberi Selamat ke Rini Soemarno
Penulis: Theresia Felisiani
Editor: Johnson Simanjuntak
Legowo Tidak Dapat Menteri, Andi Pilih Liburan ke Australia
JAKARTA - Mantan Deputi Tim Transisi Joko Widodo-Jusuf Kalla, Andi Widjajanto mengaku legowo dirinya tidak mendapatkan jatah menteri di dalam Kabinet Kerja Joko Widodo-Jusuf Kalla.
"Saya tidak dapat (Menteri). Saya tidak jadi tidak apa-apa kok," ujar Andi di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Senin (27/10/2014).
Andi mengatakan saat ini tugasnya pun selesai membantu Presiden Jokowi menentukan nama kabinet dan mencari nama-nama menterinya.
"Tugas saya selesai di pelantikan ini," ucap Andi.
Andi pun berencana untuk memanfaatkan waktu kosongnya itu untuk berlibur. Tidak tanggung-tanggung, Andi akan berlibur sampai Natal dan Tahun Baru di Australia.
"Saya mau liburan ke Australia dan Selandia Baru sampai Natal," kata Andi.
Seperti diketahui, hanya dua dari lima orang dari Tim Transisi yang diangkat Jokowi menjadi menteri, yaitu mantan Kepala Staf Tim Transisi, Rini Soemarno dan mantan Deputi Tim Transisi, Anies Baswedan.
Terkait#Andi Widjajanto#Joko Widodo
Berita Terkait: Kabinet Jokowi JK
Tahun 2004, Rini Soemarno Punya Utang Satu Juta Dollar
Menteri Jokowi Harus Buktikan Kinerja Kabinet Kerja
Tanpa 5 Fraksi, Pemilihan Alat Kelengkapan Dewan Bisa Dilakukan
Ketua MK Ucapkan Selamat kepada 34 Menteri Kabinet Kerja
Jatah Menteri Sama dengan PKB, PDIP Sebut Kader Daerah Tidak Puas
Penulis: Imanuel Nicolas Manafe
Editor: Johnson Simanjuntak
Bayi Berumur 13 Hari Ditinggal Orangtuanya di RSU Meulaboh
MEULABOH - Dua bayi yang dirawat RSUD Cut Nyak Dhien, Meulaboh, Aceh Barat, dilaporkan tertahan di RS tersebut, karena orang tua salah satu bayi tersebut dikabarnya menghilang. Sedangkan bayi satunya lagi, tidak terdaftar sebagai peserta Jaminan Kesehatan Rakyat Aceh (JKRA), sehingga pembayaran klaim atas pasien tersebut ditolak oleh Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan (BPJS) Kesehatan Meulaboh.
Berdasarkan keterangan diperoleh Serambi (Tribunnews.com Network), bayi perempuan pasangan Nurasidah (37) dan Adnan (37) warga Lung Kubu Jagat, Nagan Raya itu, dirujuk dari RSUD Nagan Raya ke RSUD Meulaboh tanpa menyertakan berkas apapun, baik KTP (kartu tanda penduduk) maupun kartu keluarga (KK).
Setelah proses melahirkan tuntas ditangani tim dokter, pihak rumah sakit kemudian meminta pasien melengkapi berkas (KK/KTP) sebagai syarat klaim ke BPJS Kesehatan Meulaboh.
"Namun pasangan itu kemudian pergi dan tidak kembali lagi. Sementara, bayi berumur 13 hari ini ditinggal begitu saja oleh orang tuanya. Hingga Sabtu kemarin masih dirawat dalam keadaan sehat di ruang NICU," kata petugas medis RSUD Cut Nyak Dhien, Minggu (26/10/2014).
Sedangkan seorang bayi lainnya, putri pasangan Yuni Hernawati (36) dan Sahrul Amin, penduduk Desa Ujong Tanjong Darul Makmur, Nagan Raya yang juga dirujuk dari RSUD Nagan Raya karena penyakit tetanus. Pasien ini juga tidak dilengkapi KK/KTP, sehingga pihak BPJS Kesehatan menolak pembayaran klaim. Sehingga bayi yang baru berumur 16 hari itu belum bisa dibawa pulang.
"Kami menyesalkan, kenapa pihak RSUD Nagan Raya tidak melengkapi berkas pasien ketika merujuknya ke RSUD Meulaboh, agar klaimnya tidak ditolak BPJS," kata Yuliansyah, Kepala Tata Usaha RSUD Cut Nyak Dhien, didampingi T Ridwan, Kabid Keperawatan RS tersebut, kemarin.
Pantauan Serambi, hingga kemarin, pasangan Nurasidah dan Adnan belum juga kembali ke RS tersebut untuk mengambil bayinya. Sedangkan pasangan Yuni Hernawati dan Sahrul Amin, juga belum membawa pulang bayinya.
Meski orang tua bayi itu beberapa kali terlihat datang ke RS tersebut, karena pasien tersebut dikenakan status sebagai pasien umum akibat tak melengkapi berkas JKRA, ia pun mengaku tak sanggup membayar biaya pengobatan. Sehingga bayinya masih ditahan oleh pihak rumah sakit.
Manager Pemasaran BPJS Kesehatan Meulaboh, TM Afandi yang ditanyai Serambi, mengatakan pihaknya menolak membayar klaim karena sudah melebihi tiga hari, sesuai ketentuan melakukan klaim.
"Kalau sudah lebih dari 3 hari, maka tidak bisa dibayar lagi, karena sudah dianggap sebagai pasien umum," ujarnya.
Ia mengingatkan, warga harus melengkapi KTP/KK sebagai persyaratan untuk melakukan klaim BPJS. Sehingga bisa dibayar melalui dana JKRA.
Sementara itu, terkait berkas yang tidak lengkap saat merujuk pasien, Direktur RSUD Nagan Raya, dr Hasbi Quraisy belum bisa dimintai keterangan. Ponsel miliknya tidak aktif, sehingga Serambi tidak bisa melakukan konfirmasi.
Kabar adanya dua bayi yang tertahan di RSUD CND Meulaboh ini, direspons sejumlah anggota DPRK Aceh Barat dengan mendatangi RS tersebut, kemarin.
Pimpinan dewan yang mengunjungi pasien itu yakni, Ketua DPRK Aceh Barat Ramli SE, Wakil Ketua H Ramli MS dan H Kamaruddin. Sejumlah pejabat Pemkab Aceh Barat juga ikut mengunjungi pasien tersebut, yakni Sekda Bukhari MM, dan Kepala Bappeda T Ahmad Dadek. Rombongan pejabat Pemkab itu disambut Direktur RSUD CND, dr Akbar SpPD.
"Kami meminta Pemkab Nagan Raya segera membantu kedua pasangan ini. Sehingga anaknya bisa segera dibawa pulang," kata Ramli SE.
Ia berharap, pihak RSUD Nagan Raya lebih selektif saat merujuk pasien ke RSUD CND, sehingga pasien tidak terkatung-katung dan tidak menimbulkan masalah saat dilakukan klaim pembayaran biaya berobat.(riz)
Terkait#Meulaboh#Aceh Barat
Baca Juga
Delapan Nelayan Thailand Dihukum 2 Tahun Penjara
Tiga Nelayan Aceh Divonis Penjara Setahun di India
Data Honorer K2 Terindikasi Dipalsukan
Kasus Penganiayaan Napi Kapolres Panggil Kalapas Meulaboh
Penahanan Tersangka Korupsi Irigasi di Aceh Barat Diperpanjang
Editor: Dewi Agustina
Sumber: Serambi Indonesia
Subscribe to:
Posts (Atom)